Princes
of Hell
Musim
dingin sampai pada puncaknya di bulan januari. Tak satu bagianpun dari daratan
rusia yang tak tertutup oleh badai salju yang tak kunjung kehilangan
semangatnya untukterus bertiup. Seakan zaman pleistozen kembali datang. Pada
awal tahun itu seluruh makhluk hidup meringsut mencari kehangatan. Apalagi di
daerah murmask, rusia, karena dinginnya, beruang kutup pun memakai jaket.
Ditambah lagi, daerah ini marupakan kawasan yang tercemar radio aktif karena
dekat dengan teluk kota dan severomorsk yang merupakan makam kapal selam
nuklir.
Udara
dingin dan radiasi bukanlah kombinasi yang bagusuntuk seorang gadis yang baru
sadar dari mimpi dan menghadapi kenyataan yang pahit. Gadis itu bernama
Evangeline Anastatius. Di lihat secara keseluruhan dirinya lebih mirip dengan
malaikat atau paling tidak seperti mayat. Karena memili kulit yang terlampau
pucat, rambut keperakan dan mata emas seperti mata kucing. Cocok sekali dengan
namanya.
Pada
malam berbadai itu dia duduk sendirian di depan perapian yang berkobar sambil
membaca buku harian tua ayahnya yang berhasil ditariknya dari balik lemari besi
tua. Mulanya buku itu tidak bisa dibuka, sampai dia menyadari kunci buku itu
adalah kalungnya yang berupa bintang segi enam dengan naga dipusatnya. Buku
yang telah usang itu mengungkapkan semua kenyataan siapa sebenarnya dia.
Memberikan jawaban mengapa malan januari berbadai ini, dia terkurung di tempat
menyedihkan dimuka bumi. Dan juga selama 23 tahun umurnya, harus hidup dengan
terus berpindah-pindah.
Tiba-tiba
saja tiga orang lelaki menyeruak masuk masuk kedalam rumah dengan mantel yang
hampir seluruhnya terbungkus salju. Laki-laki yang paling depan menenteng
seekor anak rusa yang telah mati dan masing-masing dari mereka membawa senapan
panjang. Evangeline menodongkan sepucuk sig saver dengan kecepatan yang tak
wajar. Hal ini biasa mengingat dia tinggal didaerah mafia rusia yang brutal dan
dibesarkan oleh seorang prajurit. Namun dia kembali menurunkan senjatanya
ketika melihat siapa yang datang.
“Hai
nak, lihat apa yang ku bawa ! makan malam”. Kata laki-laki pertama yang
menenteng rusa mati sambil mendekati Evangeline. Dan ketika pandangannya bisa
melihat buku besar yang berada di pangkuan Eva, gerakannya terhenti sepenuhnya.
Untuk beberapa saat tak ada yang bereaksi sama sekali. Kemudian dengan setiap
beban kenyataan yang dijatukan kepadanya, laki-laki yang membawa rusa itu memberanikan
diri untuk bertanya.
“Apa
saja yang telah kau ketahui ? aku yakin kamu telah membaca buku yang berusaha
aku sembunyikam darimu itu.”tanya lord Alfred baldwin. Dua pria yang lain
langsung meninggalkan rumah itu, menyadari situasi yang sedang memanas.
“Kau
ingin tau? Ok, coba kita lihat sampai
mana pemahamanku. Pertama, kau itu bukan ayahku, kau adalah kepala pengawal
keluarga kerajaan austria, atau paling tidak dulunya begitu. Dan aku adalah
putri kerajaan itu yang di rampas hak warisnya. Itu menjelaskan kenapa kau
tidak setuju ketika aku mendapat beasiswa di austria, karena kau takut puhak
kerajaan menyadari kalau aku masih hidup. Satu-satunya orang yang mereka takuti
akan kembali. Dan 2 minggu lagi putra mahkota akan naik tahta, nah coba kita
ingat sebentar siapa itu? Dia adalah Erick, teman sekolahku di austria and bay
the way he is my boys friend !!! itu sebabnya kau menyeretku sampai rusia minggu
lalu!! Oh ada satu lagi yang baru aku sadari!! Aku baru saja berfikir mengambil
kembali hak warisku, dan apa artinya itu? Artinya aku harus menyingkirkan
erick dari gelarnya, dan ddengan itu dia
akan membunuhku atau malah aku yang akan membunuhnya, sempurna!!! Kau tau Al,
aku bisa menjadi sangat mematikan kalau aku mau. Bagaimana menurutmu? Apa aku
sudah cuku paham ?” kata Evangeline dengan suara bergetar karena emosi.
“Nona,
anda tidak boleh melakukan hal itu. Anda bisa terbunuh. Kalau itu sampai terjadi,
maka pengorbanan orsng tua anda akan sia-sia. Anda fikir seberapa banyak
kematian yang terjadi demi melindungi anda. Tuan dan nyonya ingin anda hidup
dengan tenang.” Kata Alfred menasehati.
“Benarkah
begitu Al, atau itu hanya alasanmu saja? Kalau memang ingin tenang, ayah tidak
akan menuliskan apa-apa dibuku ini, dengan pertimbangan suatu saat aku akan
menemukannya. Atau paling tidak dia akan melenyapkan kuncinya. Dia sengaja
menuliskan kebenaran, agar aku bisa mengetahuinya suatu saat dan melakukan sesuatu.”
Sanggah Evangeline.
Kemudian
mereka berhenti berbicara, diam dengan pikiran masing-masing. Dan tak lama
suara badai mengalih alih setiap ruang dengar ruangan itu. Menenggelamkan
setiap suara yang ada, bahkan suara derak salju akibat hentakan sepatu bot satu
pasukan yang hendak mengepung daerah itu.
Malamnya
Eva terbangun dengan keringat dingin karena mimpi buruk. Dalam mimpinya, dia
berada di sebuah pondok kecil dari kayu di tengah badai salju. Pondok kecilitu
sesak dengan laki-laki yang membawa senjata dan tampak tak tenang. Semuanya
merunduk serendah mungkin untuk berlindung dari peluru yang lalu lalang
disekeliling mereka. Hanya tinggal waktu saja sampai mereka semua mati, entah
karena tembakan atau diterbangkan badai. Di satu ruangan dalam pondok itu yang
di jaga paling ketat, Eva menyaksikan sebuah drama kehidupan, dilihatnya
seorang wanita yang telah meninggal diatas tempat tidur itu lekat. Rasanya tak
asing, tapi dia tidak dapat mengingatnya. Di sampingnya ada seorang gadis kecil
yang masih belum mengerti apa yang terjadi pada ibunya. Seorang laki-laki
sekarat yang di duga Eva sebagai ayah dari gadis itu, memanggil putrinya itu
dengan nama Evangeline Anastatius. Gadis itu adalah dirinya. Kemudian dirinya
diserahkan pada seorang prajurit, yang dikenalinya sebagai Alfred. Ketika
itulah Eva merasakan ada sesuatu yang menarik dirinya kembali ke alam sadar.
Ternyata
yang membangunkannya adalah suara tembakan. Pertama eva mengira itu tembakan
yang biasa dilakukan para mafia ketika mencari hibuaran, yaitu menembakkan
peluru ke udara bebas. Tapi ternyata tembakan-tembakan itu tidak berhentidan
masih riuh. Suara badai yang bercampur dengan jeritan, segera menginformasikan
bahwa ini penyerangan. Hal yang paling ditakutkan alfred menjadi kenyataan.
Keberadaan putri Evaengeline di ketahui kerajaan. Dan mereka sekarang datang
untuk melenyapkan saksi kudeta mereka. Hal ini terjadi mungkin karena sebentar
lagi akan ada penobatan.
Eva
segera mengepak barangnya dan berlari menuju garasi mobil dengan senjata
ditangan. Disana dia mengambil mantel tebal. Dan ketika itulah Alfred muncul
dengan senjata teracung.
“Mereka
menemukan kita. Para mafia berhasil mendapatkan informasi lengkap mengenai
asal-usulmu, dan menjual info itu kepada pihak kerajaan. Kita aharus segera pergi
dari sini.” Kata alfred sambil membantu eva menaikkan barangbarang ke mobil.
Eva hanya diam, karena dia sudah dapat menduganya.
Alfred
melompat masuk kedalam mobil tepat waktu, ketika dengan tiba-tiba Evangeline
menginjak gas dalam-dalam. Momentum yang dihasilkan oleh laju mobil yang
tiba-tiba, berhasil menerbangkan pintu garasi sampai beberapa meter dan
mendaratkannya pada seseorang prajurit kerajaan yang hendak mengebom rumah. Eva
mengacu mobilnya dengan sama sekali mengabaikan pertempuran. Menabrak apapun
yang menghalanginya dengan sikap setenang cerpelai, karena dia percaya alfred
akan melindunginya.
“Badai
hebat sekali, nggak apa-apa nih terus melaju begini?”tanya Alfred.
“Percaya
saja pada mata kucingku ini.” Kata Eva tanparagu sedikitpun.
“Kita
akan kemana?” tanya alfred lagi.
“Berkunjung
ke teman lama, Pinochio. Lalu kita ke Austria.” Kata Eva dengan mata bersinar
berbahaya. Alfred melihatnya sebagai tanda perang.
Dua
hari setelahnya, mereka tiba di suatu kawasan perbatasan Bratislava,
Cekoslowakia. Disana mereka bertemu dengan Pinocio, seorang ahli senjata dan
teknologi yang dulu bekerja sebagai pengawal istana juga. Eva memintanya untuk
menyediakan senjata dan memintanya untuk menangani beberapa misi yang
membutuhkan kecakapan teknologi. Pinocio pun akhirnya bergabung, agar bisa
membalas kebaikan raja terdahulu.
“sebelum
hari penobatan tiba, kastil dan daerah sekitarnya harus sudah dalam kendali
kita dan baru dimalam penobatanlah kita menyerang.” Ujar Eva.
Ketika
yang dibutuhkan sudah siap, mereka berangkat menuju Wina, Austria. Dan tiba
tepat seminggu sebelum penobatan. Melakukan penyamaran untuk bisa masuk
kekerajaan dan memasang berbagai jebakan ditengah segala kesibukan kerajaan.
Mulai dari membajak sistem kamera monitor, sistem alarm, sistem listrik, sampai
memasang peledak jarak jauh dibeberapa tempat.
Malam
penobatan tiba juga. Penjagaan disekitar kerajaan diperketat. Mustahil memasuki
istana tanpa ketahuan, bahkan dengan penyamaran. Karena hal itu akan terjadi,
alfred membuat pancingan untuk menarik perhatian penjaga. Yaitu dengan menembak
bahu ratu dari kejauhan. Alfred adalah sniper yang handal. Bukan tembakan
mematikan, tapi cukup evektif untuk menarik perhatian. Para pengawalpun
mengejar bayangannya. Benar – benar hanya bayangan, karena itu hanya hologram
yang dibuat pinocio. Dan ketika para pengawal itu tiba di titik eksekusi,
alfred menembakinya dengan peluru bius. Efisien dalam melumpuhkan, tapi tidak
membunuh. Ciri khas alfred dalam teknik peperangan.
Selanjutnya
pinocio meledakkan beberapa bom yang telah dipasang. Langsung saja kekacauan
terjadi, para tamu berhamburan keluar istana, pengawal menembaki hologram
alffred yang muncul disana – sini. Dan berikutnya semua sistem yang ada tiba –
tiba mati dan tak bisa dihidupkan lagi. Di bilik operasi, pinocio menikmati
game barunya. Kekacauan semakin bertambah dengan adanya peluru bius yang
ditembakkan alfred. Saat itulah evangeline memasuki istana, langsung menuju
ruang singgasana.
Ruang
itu hampir gelap. Hanya ada beberapa lilin yang masih menyala, namun cukup
untuk melihat hasil dari kekacauan yang timbul tadi. Eva melangkah santai
menuju kursi singgasana. Dia mengelus sandaran kursi itu dengan lembut. Sedikit
heran, bagaiman bisa sebuah kursi bisa membuat semua orang yang mendudukinya
menjadi berkuasa atas ribuan orang.
“
kau tak perlu sembunyi seperti itu lagi erick.”
Kata evangeline sambil mengambil duduk di singgasana. Begitu duduk,
seketika itu raut wajah eva merubah menjadi tegang dan marah. Dia tak menyangka
erick akan melakukan hal yang serendah itu.
“
Erick ! ! Jadi kau benar – benar ingin aku mati ha ?!” teriak eva berang pada
kegelapan.
“
Kau menyadarinya ya? Bouncing betty yang ku pasang ? tenang saja. Hanya akan
sedikit membuat pantatmu panas.” Sahut erick sambil berjalan keluar dari balik bayangan
pilar – pilar.
“
sebegitu inginnyakah kau untuk naik tahta. Menggelikan sekali.” Kata eva.
“
sama saja denganmu.” Balas erick
“tetapi
aku datang kemari bukan untuk gelar ini. Aku datang kesini untuk memberitahumu
kalau aku masih hidup dan akan mengawasi pemerintahan yang akan kau lakukan.”
Sanggah eva.
“benarkah
hany itu?” tanya erick
“Well,
mungkin sedikit pengembalian status kebangsawananku. Itu sudah cukup bagiku.
Setelah kupikir – pikir lagi, tanggung jawab yang ada pada kursi ini terlalu
besar untukku yang suka hidup bebas sekehendak hati. Sama sekali tidak cocok.”
Ujar eva santai.
“Hahahaha.....,
lucu sekali kau bilang begitu. Bukannya memang benar.” Kata eva sambil berdiri
dan berguling cepat kebawah meja dari baja untuk menghindari ledakan. Namun
sayang sekali erick tak secepat eva, dan akhirnya terkena peluru – peluru besi
yang berhamburan begitu bauncing betty meledak.
Eva
keluar dari balik meja yang hampir remuk, dan berjalan menghampiri erick yang
disekitarnya menggenang darah. Tak ada yang bisa dilakukan untuk menolongnya.
Erick telah mati didepan saudaranya saudara yang hendak dibunuhnya, evangeline
anastatius, Sang Iblis dari Surga.
“Jangan
dendam padaku, ini bukan salahku. Sejak awal kaulah yang memulainya.” Kata
evangeline pada mayat erick dan kemudian beranjak pergi sebelum orang – orang
yang dibius alfred sadar. Dan mulai saat itulah status eva akan berubah. Dari
seorang putri terbuang menjadi buronan atas kesalahan yang dilakukannya.
Tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar